Sabtu, 25 Juni 2011

KISAH SAJENG RENNU 2 "Pernikahanku Gagal karena Orangtua"

KINI Sinta digelari perawan tua. Padahal usianya baru menginjak 32 tahun. Maklum, di desa kelahirannya, dialah satu-satunya perempuan sebayanya yang belum menikah.
Sementara teman-teman sepermainannya menikah di usai 18 atau 25 tahun. Di kampung itu, perempuan akan dianggap aneh kalau belum juga mendapatkan jodoh di usia demikian.
Sebenarnya, ia bukan tak pernah dilamar orang. Beberapa pria sudah mengutarakan niat memiang Sinta. Tapi semua berujung tak menyenangkan gara-gara uang mahar (panai) yang terlalu tinggi.
Keluarga Sinta dikenal sebagai bangsawan Bugis yang sangat memegang teguh prinsip adat. Mereka tak mau melepas anak-anaknya menikah jika uang maharnya tidak dengan nilai tinggi.
Bagi keluarga ini, uang panai bukan sekadar nilainya, tapi juga kehormatan diukur dari sana.
Sinta adalah lulusan salah satu sekolah yang mencetak pamong berkualitas. Saat ini ia terdaftar sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di salah satu instansi di Kota Makassar.
Semenjak remaja hingga menjadi PNS, hampir-hampir ia belum pernah merasakan indahnya berpacaran.
Maklumlah, orangtuanya juga terbilang kolot. Mereka sangat menabukan hubungan seperti itu sebelum menikah.
Mereka menginginkan Sinta langsung menikah saja.
Dua tahun silam, orangtuanya ingin sekali menikahkannya. Apalagi, dia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga itu yang belum menikah.
Keluarga sempat menyodorkan beberapa lelaki, namun selalu ditolak Sinta. Selain tak mengenal mereka dengan baik, secara fisik, ia juga tidak tertarik.
Untuk tidak mengecewakan Sinta dan terkesan dipaksakan, akhirnya orangtuanya memberi ia kesempatan untuk mencari jodohnya sendiri. Belakanga, orangtua mulai membolehkan Sinta menjalin hubungan dengan lelaki, layaknya orang pacaran.
Selang beberapa bulan, Sintas bertemu dengan Budi (samaran). Budi adalah teman sekolah saat SMA dulu.
Saat ini ia juga sudah menjadi PNS di salah satu instansi pemerintah di Makassar.
Sinta bertemu Budi saat acara reuni di salah satu restoran. "Kami pun saling bertukar pengalaman. Pada malam itu juga kami tukaran nomor ponsel," tutur Sinta.
Ternyata, usai reuni, Budi mulai intens menghubunginya. Bahkan, hanya untuk sekadar mengucapkan selamat pagi, Budi selalu melakukannya.
Beberapa minggu kemudian, lelaki yang tingginya sekitar 168 cm ini lalu mengungkapkan perasaannya kepada Sinta. Sinta yang sejak awal sudah tertarik, menyambutnya dengan suka cita. Ia benar-benar tak kuasa menyembunyikan perasaan pada pria itu.
Setelah menjalin asmara selama lima bulan, Budi mengatakan mulai menunjukkan keseriusan ke hubungan yang lebih jauh. Akhirnya ia mengutarakan niat untuk mempersunting Sinta.
Ia mengaku, sudah mantap memilih gadis itu sebagai istrinya. Tapi Sinta tak serta merta memberikan jawaban pasti. Hatinya tiba-tiba ragu.
Bukan karena ia tidak mencintainya, tapi ia sangsi apakah Budi akan sanggup memenuhi keinginan keluarga dan kedua orangtuanya tentang uang mahar yang sangat tinggi.
Sinta yakin, untuk hal ini orangtuanya tak mungkin berubah. Ini adat keluarga.
Budi memang bekerja sebagai PNS dengan golongan III B. Namun, Sinta tahu ia berasal dari keluarga yang tidak punya apa-apa.
Ayahnya bekerja sebagai tukang batu dan ibunya berjualan bahan pokok di salah satu pasar tradisional.
Sementara, keluarga dan orangtuaku menginginkan suami Sinta berasal dari keluarga berada. Inilah yang membuat hati gadis ini terombang-ambing.
Tapi Budi tak putus asa. Ia tetap kukuh hendak menikahi Sinta.
Sampai kemudian ia memberanikan diri menemui ayah Sinta dan mengutarakan niat mempersunting anaknya.
Jawaban ayah Sinta sederhana saja. Ia meminta kedua orangtua Budi datang dan melamar secara resmi.
Saat proses lamaran, orangtua Sinta lalu memasang uang mahar yang cukup fantastis yakni sebesar Rp 80 juta. Budi dan orangtuanya lalu pulang untuk berpikir kembali.
Setelah diberi waktu, Budi hanya menyanggupi nilai Rp 40 juta. Itupun didapatkan dengan susah payah.
Namun, ayah Sinta bersikeras menolak. Ia mengatakan, sebagai wanita yang telah memiliki pekerjaan tetap, berdarah bangsawan serta dari keluarga besar, uang panai Rp 40 juta dianggap tidak pantas.
"Pada dasarnya keluargaku yang lain setuju jika hanya Rp 40 juta. Namun, ayahku lah yang menolak. Berulang kali ibuku membujuknya, namun tetap tidak bisa," tuturt Sinta.
Merasa semua kandas, Budi sempat berpikir pendek. Ia mengajak Sinta untuk kawin lari.
Hanya saja rencana ini risikonya besar. Selain harus meninggalkan pekerjaan, bisa jadi mereka akan dibuang dari keluarga.
Setelah tak memiliki jalan keluar lagi, akhirnya Budi mundur perlahan.
Sejak itu, Budi memilih pindah kerja di salah satu pulau yang jauh dari Kota Makassar. "Hingga saat ini, aku dan Budi sudah putus komunikasi. Beberapa kali aku mencoba menemui orangtuanya, namun Budi sudah menitip pesan, agar orangtuanya tidak memberi tahu dimana ia bekerja, termasuk nomor ponselnya," cerita Sinta.

SUMBER : http://www.beritakotamakassar.com

1 komentar:

JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT



JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT



JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT

Posting Komentar

 

WASPADA NUSANTARA