Sabtu, 20 Agustus 2011

Mafia Kopi Masih Rajai Pasar

Petani kopi di Sulsel mengeluhkan adanya mafia kopi yang menguasai pasar. Hal itu mengakibatkan kopi asal Sulsel menjadi kopi ekspor tanpa merek Sulsel. “Kopi Bantaeng dijual ke Medan. Eksportir Medan kemudian mengirimnya ke Eropa dan Amerika dengan merek daerah tersebut,” ungkap Burhanuddin, salah seorang petani kopi asal Bantaeng, dalam seminar sehari “Manfaat Kerja Sama ASEAN bagi Pemasaran Kopi Indonesia” di Hotel Santika Makassar,kemarin. Karena itu, petani kopi Sulsel meminta instansi terkait bertindak.
“Secara tidak langsung ini akan membuat kopi asli dari daerah Sulsel semakin susah dikenal pasar,”lanjutnya. Namun, Direktur Eksekutif Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Ina A Marwani mengatakan, siklus seperti ini sudah lazim terjadi. Dalam perdagangan kopi lebih banyak dikuasai pemainpemain lama yang mengandalkan sistem kepercayaan. Mereka akan mencari kopi berkualitas untuk memenuhi target pasar yang sudah mereka kuasai.

Apalagi, pasar Eropa berbeda dengan Amerika yang tidak terlalu ketat memberlakukan standar rasa atau asli rasa kopi. “Kopi Sumut banyak yang kena hama sehingga terjadi penurunan kualitas. Untuk memenuhi kontrak pedagang di sana harus mencari dari daerah lain. Kalau tidak mampu menyediakan, mereka akan keluar dari percaturan itu,”katanya.

Jadi jika petani kopi Sulsel yakin kualitas kopinya bagus, tambah dia, seharusnya lebih berani memperkenalkan ke pembeli. Apalagi kopi Sulsel punya rasa khas dan bisa dihargai dengan baik sekitar Rp75.000/kg. “Tingkat kebutuhan kopi masih sangat tinggi,baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Potensi ada, tapi yang dikenal hanya kopi Toraja.

Nama merek lain tidak dikenal dan ini saatnya mempromosikan,” paparnya. Kepala Dinas Perkebunan Sulsel Burhanuddin Mustafa mengatakan, untuk mengembangkan kopi di Sulsel,selama 2010, pemerintah sudah memberi bantuan modal usaha Rp1 miliar lebih. Dana itu digunakan pengembangan luas areal sebesar 1.115 hektare (ha) dengan pemberian bibit 350.000 pohon.

Hasilnya Sulsel mampu mengekspor kopi 7.200 ton dengan nilai ekspor USD25 juta. “Saat ini kami juga memfasilitasi petani dalam pelaksanaan sertifikasi mutu sehingga sesuai yang dipersyaratkan sistem perdagangan internasional berupa sertifikasi ISO 9000 atau ISO 14.000,”tandasnya. Sementara itu,Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang saat membuka seminar, meminta ekspor kopi Sulsel terus dikembangkan, tidak hanya di kawasan ASEAN, tapi sampai ke Eropa.

Kopi asal Sulsel bisa bersaing dengan produk dari negara lain. “Ada isu kopi kita masuk ke Eropa dengan merek asal Brasil. Kopi kita sudah seharusnya dijual ke pasar internasional. Saya harap forum ini memberikan solusi terhadap kopi produksi Sulsel,”katanya.

Untuk itu, Agus meminta dinas terkait menyiapkan bibit unggul agar kualitas produksi kopi Sulsel tetap terjaga. Dalam kesempatan ini, Wagub juga meminta kerja sama perbankan untuk memberikan bantuan permodalan dengan suku bunga kecil. (TCN) - [herni amir/syamsu rizal ]

0 komentar:

Posting Komentar

 

WASPADA NUSANTARA