Senin, 18 Juli 2011

Misi Kebangsaan Citizen Journalism

Andi Andrianto
Bak teror bom ?JW Marriot jilid II?, booming citizen journalism (pewarta warga) telah menggemparkan dunia. Tapi, bukan tragedi pilu dan tangis yang ditimbulkan seperti dahsyatnya ledakan bom Jakarta, pada Jumat kelam (17/6). Akan tetapi, efek pantul dari munculnya pewarta warga adalah pencerahan bangsa.
Sebagai bangsa terhormat, kita telah lama merindukan perubahan. Perubahan ke arah kemajuan. Bukan sebaliknya, mundur. Kita semua sedih campur prihatin menerima kenyataan bangsa yang kita cintai ini terus menerus mengalami kemunduran jika tak ingin dikatakan telah ?mati?. Memiliki jasad tapi tak punya roh.
Kiasan ini adalah potret kelam perjalanan bangsa Indonesia selama berabad-abad. Siapapun mengerti,, sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah penindasan. Dengan amat sangat keji, Belanda dengan bangga menjajah bangsa ini selama 3 setengah abad lamanya. Mereka memperlakukan pendahulu di luar ambang prikemanusian.
Setelah keluar dari mulut buaya bangsa kita masuk dalam perangkap harimau. Lepas dari cengkraman negara Kincir Angin, Indonesia jatuh ditangan Jepang pada 1943. Penjajah tetap penjajah, sama hal dengan Belanda, Jepang mengeksploitasi bangsa kita tanpa belas kasihan.
Syukurlah, bangsa ini memiliki pemuda seperti Sukarno, Bung Hatta, Tan Malaka, Jenderal Sudirman, Syahrir, Ahmad Dahlan, Hasyim Asy?ari dan pahlawan lain yang gugur di medan laga dengan predikat terhormat. Sampai kapanpun nama mereka harum sebagai simbol kebebasan, kemerdekaan serta harga diri bangsa.
Secara politik kita merdeka pada 17 Agustus 1945. Senyatanya, perjalanan bangsa tak semulus yang dibayangkan. Di usia setengah abad merdeka, sendi-sendi kehidupan bangsa ini rapuh. Di dalam negeri, teror kemanusian, politik, sosial, agama, budaya, ekonomi, masih menjadi pemandangan yang mengerikan.
Setiap hari baik dari media cetak maupun elektronik, kita disuguhkan kabar tak mengenakkan yang melanda Bunda Pertiwi. Iklim demokrasi yang tidak sehat. Intrik dan klaim politik para elit yang sudah di luar batas wajar. Masalah usang kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), soal kemiskinan, separatisme hingga masalah aktual ledakan bom di Jakarta adalah tumpukan PR yang belum tuntas.
Inilah problem krusial di dalam negeri. Tak hanya soal internal, masalah demi masalah juga dialami warga Indonesia di negeri orang. Kasus Manohara Odelia Pinot yang disiksa oleh suaminya Pangeran Kelantan Malaysia menjadi potret buram nasib orang Indonesia di luar negeri.
Selain itu, tragedi kemanusian lain seperti kasus pembunuhan dan kekerasan TKW di Timur Tengah, sengketa batas negara dengan Negeri Jiran ibarat benang kusut yang sampai detik ini sulit diurai.
============================
http://www.palopokota.go.id

0 komentar:

Posting Komentar

 

WASPADA NUSANTARA