Lambannya proyek perbaikan dan pelebaran jalan di jalur trans lintas barat Sulawesi, menggangu kenyamanan pengendara. Pasalnya, hilir mudik kendaraan angkut besar dan kapasitas jalan yang sempit menyebabkan kemacetan panjang.
Salah satu titik yang kerap menghalami macet adalah pada pengerjaan pelebaran jalan di daerah Sumakayu, Kecamatan Tubo. Pasalnya, di daerah ini pelebaran jalan dilakukan dengan mengikis bukit yang ada di salah satu sisi jalan. Sementara bongkahan batu dan material bukit yang digerus dengan alat berat berjatuhan menutupi jalan sebelum akhirnya dibersihkan alat berat yang sama.
"Semestinya pengerjaan pengikisan bukit ini dikerjakan malam hari, karena dengan pengerjaan seperti ini akan menghambat aktivitas warga," kata Arman, pengemudi kendaraan yang terjebak macet dan bermaksud mudik dari Makassar ke Donggala Sulawesi Tengah, Rabu, 17 Agustus.
Masyarakat sekitar pun kerap menyaksikan tumpukan kendaraan mengantre menunggu pembersihan material kerikil yang menutup sebahagian badan jalan. Warga sekitar lokasi menyatakan menyambut positif pelebaran jalur trans Sulawesi ini, lantaran kondisi jalan saat ini hanya memiliki lebar sekira 4 meter.
Pantauan yang dilakukan, antrean panjang ratusan kendaraan baik truk, bus, mobil pribadi dan sepeda motor kerap terjadi saat pekerja melakukan penutupan jalan tersebut.
Kepala Pelaksana Jalan Jembatan Wilayah I Sulbar, Romul Parewasi mengatakan pengerukan bukit untuk pelebaran jalan sulit dilakukan di malam hari. Salah satunya karena dapat membahayakan pekerja di lapangan. Olehnya teknis pengerjaan di lapangan saat ini dilakukan dengan melakukan buka-tutup jalan saat pembersihan material dilakukan.
Secara teknis alat berat melakukan pembersihan meterial sekitar satu jam dengan imbas kendaraan dari jalur dua arah mesti dihentikan. Walau demikian dia mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan di lapangan untuk memperlancar proses arus mudik dan arus balik kendaraan yang mulai ramai melintasi jalur trans Sulawesi tersebut.
"Kita selalu memikirkan solusinya, agar pelebaran jalan tetap lanjut dan pengendara tetap bisa melintasi jalan ini," sebutnya. (nur/ars-fajar.co.id)
"Semestinya pengerjaan pengikisan bukit ini dikerjakan malam hari, karena dengan pengerjaan seperti ini akan menghambat aktivitas warga," kata Arman, pengemudi kendaraan yang terjebak macet dan bermaksud mudik dari Makassar ke Donggala Sulawesi Tengah, Rabu, 17 Agustus.
Masyarakat sekitar pun kerap menyaksikan tumpukan kendaraan mengantre menunggu pembersihan material kerikil yang menutup sebahagian badan jalan. Warga sekitar lokasi menyatakan menyambut positif pelebaran jalur trans Sulawesi ini, lantaran kondisi jalan saat ini hanya memiliki lebar sekira 4 meter.
Pantauan yang dilakukan, antrean panjang ratusan kendaraan baik truk, bus, mobil pribadi dan sepeda motor kerap terjadi saat pekerja melakukan penutupan jalan tersebut.
Kepala Pelaksana Jalan Jembatan Wilayah I Sulbar, Romul Parewasi mengatakan pengerukan bukit untuk pelebaran jalan sulit dilakukan di malam hari. Salah satunya karena dapat membahayakan pekerja di lapangan. Olehnya teknis pengerjaan di lapangan saat ini dilakukan dengan melakukan buka-tutup jalan saat pembersihan material dilakukan.
Secara teknis alat berat melakukan pembersihan meterial sekitar satu jam dengan imbas kendaraan dari jalur dua arah mesti dihentikan. Walau demikian dia mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan di lapangan untuk memperlancar proses arus mudik dan arus balik kendaraan yang mulai ramai melintasi jalur trans Sulawesi tersebut.
"Kita selalu memikirkan solusinya, agar pelebaran jalan tetap lanjut dan pengendara tetap bisa melintasi jalan ini," sebutnya. (nur/ars-fajar.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar